
Hendri Satrio menilai, gaya komunikasi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang gemar mengunggah konten terkait kegiatannya di media sosial punya risiko tersendiri.
Hendri mengatakan, dengan mengunggah konten di media sosial, pro dan kontra mengenai kebijakan yang dibuat Dedi akan semakin mudah disampaikan dan tak semua konten Dedi bakal disukai publik.
“Keuntungannya ya cepat itu, apa saja bisa di-upload, tapi risikonya enggak semua yang di-upload bisa disukai, dan semua yang di-upload sesuai harapan masyarakat,” kata Hendri kepada Kompas.com, Sabtu (3/5/2025).
Kendati demikian, Hendri tidak memungkiri bahwa gaya komunikasi Dedi juga mempunyai keuntungan.
Sebab, kegiatan-kegaitan Dedi dapat terpublikasi lebih cepat, tak harus melalui media massa konvensional.
“Kalau sebelum zaman media sosial eksis, penjelasan mesti dari media konvensional, bisa melalui pers gitu. Tetapi risikonya ada keuntungannya,” kata Hendri.
Untuk diketahui, Dedi Mulyadi menjadi perbincangan publik karena kegemarannya mengunggah konten kegiatannya sehari-hari melalui akun Instagram, YouTube, dan TikTok.
Julukan “Gubernur Konten” pun dialamatkan ke Dedi Mulyadi, termasuk oleh oleh Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas’ud dalam rapat kerja antara Komisi II DPR dengan Menteri Dalam Negeri dan gubernur seluruh provinsi, pada Selasa (29/4/2025).
Dedi menganggap santai sindiran tersebut karena gaya komunikasinya itu dapat menekan anggaran iklan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Tadi Pak Gubernur Kaltim mengatakan Gubernur Konten. Alhamdulillah dari konten yang saya miliki itu bisa menurunkan belanja rutin iklan,” ujar Dedi Mulyadi.
“Biasanya iklan di Pemprov Jabar kerja sama medianya Rp 50 miliar. Sekarang cukup Rp 3 miliar, tapi viral terus. Terima kasih,” kata Dedi Mulyadi.