NAGA138 – BGN: Tidak Ditemukan Kejadian Laktosa Intoleransi di Program MBG

Tim Dewan Pakar Badan Gizi Nasional (BGN), Epi Taufik, saat ditemui media usai konferensi pers program Zona Main So Nice-Jagoannya Jajanan Protein.

Lihat Foto

laktosa intoleransi hampir tidak ditemukan selama pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dimulai sejak awal Januari 2025.

Hal ini disampaikan oleh Tim Pakar Bidang Susu BGN, yang juga Guru Besar di IPB, Epi Taufik, mengutip YouTube BGN Talks Episode 2 – Susu Kunci Gizi Anak Indonesia?, Senin (9/6/2025).

“Dari pengalaman yang berjalan sejak 6 Januari, termasuk pilot project pertama di Warungkiara, Sukabumi, tidak ditemukan kejadian laktosa intoleransi,” ujar Epi.

Menurutnya, bila pun ditemukan kasus gejala ringan, hal itu bersifat sementara dan bisa diatasi jika tubuh secara bertahap dibiasakan kembali mengonsumsi susu.

“Kalaupun ada, mungkin 1-2 orang, itu pun jika dibiasakan, tubuh akan memproduksi kembali enzim laktase. Ini bukan penyakit, hanya ketidakmampuan sementara mencernakan laktosa,” jelasnya.

Epi menjelaskan bahwa laktosa sudah dikenalkan kepada manusia sejak lahir melalui ASI yang kadar laktosanya bahkan mencapai 7 persen, lebih tinggi dibandingkan susu sapi yang rata-rata hanya 5 persen.

“Artinya, secara alami tubuh manusia sudah mampu mencerna laktosa sejak lahir. Masalah baru muncul bila orang tidak terbiasa mengonsumsi susu setelah dewasa,” katanya.

Ia merujuk data dari RSCM yang menyebutkan bahwa sebagian besar kasus laktosa intoleransi terjadi pada usia 20–50 tahun, khususnya pada mereka yang tidak terbiasa mengonsumsi susu (non-dairy consumer).

Epi juga menekankan bahwa laktosa intoleransi bukan merupakan penyakit, melainkan kondisi tubuh yang kehilangan enzim laktase karena jarangnya konsumsi produk susu.

Ia merinci bahwa laktosa intoleransi terbagi menjadi tiga jenis, primer (karena berhenti mengonsumsi susu), sekunder (akibat infeksi atau penyakit lain), dan kongenital (kelainan genetik langka yang membuat tubuh tidak memproduksi enzim laktase sama sekali).

“Selama tubuh dibiasakan kembali secara bertahap, produksi enzim laktase bisa aktif kembali, kecuali pada kondisi kongenital yang memang bersifat permanen,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *