NAGA138 – BGN Ungkap Strategi Penuhi Kebutuhan Susu dalam Program MBG Tanpa Perbesar Impor

Launching Makan Bergizi Gratis Disambut Gembira Ribuan Siswa di Polman *** Local Caption *** Launching Makan Bergizi Gratis Disambut Gembira Ribuan Siswa di Polman

Lihat Foto

Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan bahwa pemenuhan kebutuhan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tetap memperhatikan kandungan gizi, ketersediaan bahan lokal, serta ketahanan industri susu nasional.

Menurut Tim Pakar Bidang Susu BGN, yang juga Guru Besar IPB, Epi Taufik, program yang menyasar jutaan siswa mulai dari PAUD hingga SMA dengan target konsumsi susu harian pada awalnya membutuhkan 250 ml susu segar per orang per hari.

Namun, realisasi program andalan Presiden Prabowo Subianto ini akhirnya disesuaikan dengan kondisi pasokan susu segar dalam negeri yang masih terbatas.

“Sebelum MBG, kemampuan produksi susu segar dalam negeri hanya mampu menutupi 20 persen kebutuhan nasional. Sisanya, 80 persen masih dipenuhi dari impor berupa susu bubuk,” kata Epi mengutip YouTube BGN Talks Episode 2 – Susu Kunci Gizi Anak Indonesia?, Senin (9/6/2025).

Untuk menghindari lonjakan impor, BGN melakukan penyesuaian terhadap volume dan spesifikasi susu dalam program MBG.

Saat ini, siswa PAUD hingga SD menerima 115 ml susu per hari, sementara SMP dan SMA mendapatkan 125 ml, dengan minimal 20 persen kandungan berasal dari Susu Segar Dalam Negeri (SSDN).

“Ini menjadi solusi transisi. Susu yang digunakan harus mengandung minimal 20 persen SSDN. Dengan begitu, peternak lokal tetap terserap dan termotivasi meningkatkan produksi,” jelasnya.

Mayoritas susu segar tersebut diklaim dipasok dari peternakan sapi perah rakyat, yang didorong untuk terus meningkatkan kapasitas produksi seiring peningkatan permintaan akibat program MBG.

Meski jumlahnya disesuaikan, Epi menegaskan bahwa seluruh menu MBG tetap memenuhi prinsip gizi seimbang terdiri dari karbohidrat, protein (seperti ayam dan telur), lemak, serta susu.

Selain itu, kadar laktosa dalam susu program MBG juga diperhatikan agar aman untuk penerima manfaat, termasuk mereka yang sensitif terhadap laktosa.

“Selama kadar laktosa di bawah 12 gram, itu aman untuk mereka yang punya intoleransi. Lebih dari itu bisa menyebabkan diare atau sakit perut,” tambahnya.

Epi juga menyebut bahwa intoleransi laktosa bukan penyakit, melainkan kondisi alami akibat penurunan enzim laktase yang bisa kembali normal dengan konsumsi rutin dan bertahap.

BGN tidak menutup kemungkinan melakukan penyesuaian volume dan komposisi susu jika produksi dalam negeri meningkat berkat program MBG.

“Ini tentu dinamis nanti ketika gara-gara MBG ini misalnya permintaan susu meningkat, dan itu kan akan dibeli setiap hari oleh BGN, populasi meningkat, tidak menutup kemungkinan akan disesuaikan,” tegas dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *