
Sri Mulyani berkelakar anggota DPR RI belum makan siang lantaran tepuk tangan pelan, padahal pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2025 masih tumbuh baik.
Kelakar ini disampaikan Sri Mulyani saat menyampaikan tanggapan pemerintah terhadap pandangan fraksi-fraksi atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) tahun 2026 dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-21 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025).
Mulanya, Sri Mulyani yang karib disapa Ani ini menyatakan bahwa KEM-PPKF 2026 dirancang untuk mampu meredam gejolak global sekaligus mengakselerasi transformasi Indonesia secara struktural yang diarahkan pada 8 agenda prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Agenda prioritas tersebut, yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, makan bergizi gratis (MBG), mewujudkan pendidikan bermutu, kesehatan yang berkualitas, pemberdayaan desa koperasi dan UMKM, pertahanan semesta, serta akselerasi investasi dan perdagangan global.
Di sisi lain, pihaknya terus akan mewaspadai perkembangan perekonomian global yang masih terus dihantui dengan ketidakpastian.
Situasi perekonomian global yang terus mengalami tekanan ini juga berimbas terhadap kondisi perekonomian dalam negeri.
“Ekonomi Indonesia di triwulan I-2025 mengalami pertumbuhan 4,87 persen year on year. Ditopang oleh kontribusi terbesar yaitu konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89 persen,” kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna, Selasa.
Selain konsumsi rumah tangga, komponen yang masih tumbuh adalah ekspor.
Ekspor masih tumbuh signifikan hingga kuartal I-2025 yaitu 6,78 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Hal ini didukung oleh ekspor produk hilirisasi yang memberikan nilai tambah jauh lebih besar dibandingkan ekspor komoditas mentah.
Namun, konsumsi pemerintah di kuartal I-2025 terkontraksi 1,38 persen. Sementara investasi hanya tumbuh 2,12 persen (YoY) di kuartal I-2025.
“Meskipun demikian, dari sisi produksi kinerja sektor utama memberikan alasan optimisme terhadap aktivitas ekonomi Indonesia,” ujar Ani.
“Industri pengolahan yang menjelaskan 19,25 persen dari total PDB nasional masih mampu tumbuh sehat di 4,55 persen YoY, terutama didukung oleh manufaktur sektor hilirisasi,” imbuh dia.
Lebih lanjut Ani menjelaskan soal produksi beras pemerintah yang kini surplus.
Produksi beras melonjak tinggi ke level 19,09 juta ton pada periode Januari hingga Juni 2025, jauh lebih tinggi dari 16,86 juta ton dibandingkan pada periode tahun lalu.