
Gunung Rinjani, Agam Rinjani, mengaku tak habis pikir saat disebut sebagai pahlawan oleh warganet Brasil.
Baginya, apa yang dilakukan bersama tim hanyalah bentuk kepedulian kemanusiaan.
“Saya bingung juga sebenarnya. Pahlawan sebenarnya itu tim rescue, semuanya pahlawan,” kata Agam saat diwawancarai, Sabtu (28/6/2025).
Agam menjadi sorotan usai aktif menyiarkan langsung proses evakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, melalui media sosial.
Di tengah kritik publik Brasil terhadap lambannya penanganan, Agam justru memilih menunjukkan kondisi medan secara transparan.
Respons positif pun mengalir deras.
“Kenapa saya yang dijadikan paling depan, juga bingung. Kita enggak tahu lah bagaimana orang-orang Brasil bisa menjadikan saya sebagai pahlawan,” ujarnya.
Akibat popularitasnya di media sosial, Agam bahkan menerima banyak permintaan dari warga Brasil untuk memberikan nomor rekening pribadi agar mereka bisa mengirimkan donasi.
“Saya dipaksa, ‘Mana nomor rekeningmu?’ Saya bilang, ‘I don’t need money. Saya mau turun rescue ke bawah’,” kata Agam.
Karena desakan terus berdatangan, Agam akhirnya memutuskan untuk menghentikan siaran langsung dan fokus penuh pada proses evakuasi di medan ekstrem.
“Saya sampaikan, ‘Mungkin ini terakhir saya live, ya. Mungkin bisa besok atau lusa saya live lagi karena kondisi di bawah tidak tahu bagaimana’,” lanjutnya.
Setelah evakuasi selesai, Agam berharap perhatian dunia dapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk membenahi sistem pendakian Gunung Rinjani.
“Kementerian Pariwisata itu harus duduk diskusi kembali semua pihak, membuat konsep pendakian yang aman dan nyaman. Itu harus jadi SOP pendakian di Rinjani,” tegasnya.
Agam juga menegaskan bahwa semua pihak yang terlibat dalam proses evakuasi layak diapresiasi, mulai dari Basarnas hingga porter lokal.