NAGA138 – Tangis dan Memarnya Seorang Ibu di Amarah Anak…

Pelaku penganiayaan ibu kandung di Bekasi.

Lihat Foto

Inilah yang dialami Meilani (46), seorang ibu asal Bekasi, yang menjadi korban penganiayaan anak kandungnya sendiri, MI (23).

Tragedi ini menggugah banyak pihak, termasuk Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang langsung turun tangan menjemput korban, Senin (23/6/2025).

“Tadi pagi sudah dijemput. Saya kira itu adalah bentuk perhatian ya bahwa memang kepala daerah harus begitu,” ujar Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, saat ditemui di Plaza Pemkot Bekasi.

Langkah Dedi menjemput Meilani dianggap sebagai bentuk empati dan kepemimpinan yang tak hanya berhenti pada ucapan.

Menurut Tri, pendekatan ini kemungkinan besar dilakukan untuk memberikan pendampingan psikologis dan semangat kepada korban.

“Mungkin lebih bagaimana Pak Gubernur ingin mendalami lebih dalam lagi secara psikologis dan tentu akan memberikan motivasi semangat kepada seorang ibu yang terluka hatinya,” katanya.

Tri tak menyembunyikan emosinya melihat insiden tersebut.

“Saya sangat sedih dan marah sebetulnya dengan kondisi yang terjadi,” ucapnya lirih.

Kekerasan yang terekam dan tersebar

Peristiwa itu terjadi di rumah mereka di Perumahan Irigasi, Bekasi Timur, pada Kamis (19/6/2025) siang.

Rekaman CCTV memperlihatkan bagaimana MI menyerang ibunya setelah permintaan meminjam motor tetangga ditolak.

Meilani menolak secara halus, menyarankan anaknya memakai sepeda keluarga. Namun respons MI justru brutal yakni kursi dilempar, kepala dipukul dengan sandal, kerudung ditarik, hingga mengancam dengan pisau.

“Tersangka mengatakan kepada korban, ‘liat ni gua bawa apaan! Gua bakal bunuh adek lu di depan mata lu’,” ungkap Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, Kompol Binsar Hatorangan Sianturi.

Untungnya, warga bersama petugas keamanan segera datang dan menghentikan aksi MI.

Meilani mengalami luka memar di kepala dan pinggang, sementara MI kini resmi ditahan.

Kasus ini menyentuh bukan hanya rasa kemanusiaan, tapi juga menampar kesadaran kolektif bahwa rumah tidak selalu jadi ruang aman.

Ketika anak menjadi ancaman bagi orang tuanya sendiri, ini bukan sekadar perkara emosi sesaat, tapi juga sinyal adanya krisis nilai dan kontrol sosial dalam keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *