
TNI AL menggagalkan penyelundupan narkoba hingga pasir timah ke Indonesia merupakan kerja sama semua pihak.
Pihak yang dimaksud di antaranya Bais TNI, BIN, Polri, hingga BNN.
“Jadi kita semua kerja sama dengan BAIS (Badan Intelijen Strategis) TNI, dengan BIN, dengan Polri, dengan BNN. Kira-kira dari jalur-jalur mana yang rawan. Alhamdulillah kita sudah berhasil menangkap cukup besar,” kata Ali di Aula Gedung Yos Sudarso, Markas Komando Seskoal, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2025).
Menurut Ali, upaya menggagalkan penyelundupan berton-ton narkoba di perairan Kepulauan Riau pada bulan Mei lalu tak terlepas dari kerja sama stakeholder terkait.
Salah satu upaya tersebut adalah ketika TNI AL menangkap kapal ikan asing berbendera Thailand, Aungtoetoe 99, oleh Tim Fleet One Quick Response (F1QR) Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun (Lanal TBK) pada Rabu (14/5/2025) di perairan Selat Durian, Kabupaten Karimun.
Dari situ, diamankan sekitar 2.061 kilogram narkotika yang terdiri atas kokain dan sabu-sabu.
“Ini pertama kali mungkin dalam sejarah sebesar ini, 2 ton, 2,061 ton yang pertama. Kemudian yang kedua, 2 ton. Itu kerja sama antara Angkatan Laut dengan Bea Cukai yang kedua,” ujar Ali.
“Kalau yang pertama memang kita yang murni dari Angkatan Laut sendiri. Nah yang kedua ini kerja samanya dari hasil tangkapan yang pertama. Jadi terkuak banyak penyelundupan,” tambah Ali.
Lebih lanjut, Ali mengklarifikasi upaya menggagalkan penyelundupan 25 ton pasir timah ilegal dari Indonesia ke Malaysia melewati alur pelayaran Pelabuhan Pangkal Balam pada Senin (1/6/2025) kemarin.
Menurut Ali, hal itu juga terjadi lantaran adanya sinergi antara aparat maritim lainnya.
“Mengenai pasir timah juga di Bangka Belitung kita juga berhasil mengamankan ada 25 ton dan kita akan terus menjaga perairan ini bersinergi dengan seluruh aparat maritim lainnya. Entah itu Polair, ada Bea Cukai, ada KKP, Bakamla,” ujar dia.
Ali menegaskan bahwa pihaknya terus memperketat patroli di daerah rawan selektif yang memang biasa digunakan oleh para penyelundup.
Patroli untuk menjaga penyelundupan barang ilegal via jalur laut juga dilakukan secara sinergi dengan pihak terkait, termasuk negara tetangga.
“Ini kita akan sinergikan karena kalau kita sendirian kita tidak bisa meng-cover seluruh perairan Indonesia. Jadi ini harus sinergi, interoperability, semuanya harus bisa sinergi. Kita bisa sinergi dengan negara tetangga juga,” terangnya.