
Insiden ini kemudian diunggah ke kanal YouTube resminya: Kang Dedi Mulyadi Channel. Video-video seperti ini banyak dijumpai di channel itu.
Sejak lama KDM memang dikenal sebagai sosok politisi yang kerap tampil dalam video dengan ekspresi emosional kuat, seperti marah, berteriak, bahkan menangis.
Gubernur Jawa Barat ini beberapa kali menegur preman, berkonflik dengan pedagang liar, hingga memberi bantuan kepada rakyat kecil. Pendekatan ini mencerminkan gaya kepemimpinan dan komunikasi populis bersifat performatif.
Sebelum mendalami gaya kepemimpinan dan komunikasi KDM, penting memahami teori populisme. Terdapat dua pendekatan utama dalam studi populisme, yaitu sebagai ideologi dan sebagai gaya komunikasi.
Seperti halnya sosialisme, liberalisme, dan konservatisme, keberadaan -isme dalam kata populisme menjadi salah satu indikator bahwa populisme adalah ideologi. Proponen dari klaster ini adalah Mudde, Stanley, dan Rooduijn.
Pendekatan ideologis menganggap populisme sebagai ideologi tipis yang berasumsi tentang konflik antara “rakyat baik” dan “elite jahat”. Namun, pendekatan ini sulit diterapkan dalam konteks Indonesia karena politisi Tanah Air jarang berafiliasi dengan ideologi tertentu secara eksplisit.
Sebaliknya, pendekatan gaya komunikasi yang dirumuskan Benjamin Moffitt dan Simon Tormey lebih relevan.
Mereka menyebut populisme sebagai “repertoar penampilan” dalam membangun hubungan politik. Ciri-cirinya adalah:
- Klaim mewakili rakyat dalam melawan “musuh”
- Narasi krisis
- Gaya komunikasi nonkonvensional.
Ketiga ciri ini terlihat jelas dalam kepemimpinan dan komunikasi KDM.