
Keamanan Laut (Bakamla) akan menggelar latihan bersama dengan lembaga serupa di Singapura dan Malasia untuk memperkuat keamanan laut di kawasan Asia Tenggara.
“Kita juga mau memulai kerja sama, mungkin ke depannya insya Allah ada latihan bersama tiga negara (Indonesia-Malaysia-Singapura),” kata Kepala Bakamla Laksamana Madya Irvansyah di Dermaga Ex-President, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (15/7/2025).
Hal ini disampaikan Irvansah saat menyambut kedatangan dua kapal milik Singapore Police Coast Guard (SPCG), yakni Blue Shark dan Tiger Shark.
Empat personel dari Malaysia Maritime Enforcement Agency (MMEA) juga turut “on-board” di kapal SPCG.
Kunjungan ini merupakan bagian dari kerja sama dan kunjungan balasan setelah sebelumnya Bakamla RI juga mengirim kapal ke Singapura.
Selama berada di Jakarta, personel ketiga negara akan mengikuti kegiatan bersama, seperti olahraga, diskusi, dan bertukar pengalaman.
Irvansyah mengatakan, kolaborasi ini tidak hanya bersifat seremonial, melainkan bentuk nyata dari komitmen negara-negara ASEAN dalam menjaga keamanan dan keselamatan di laut.
Ia menekankan pentingnya penyusunan standard operating procedure (SOP) dan prosedur komunikasi bersama, agar ke depan tidak ada lagi kendala dalam komunikasi antar aparat coast guard di tengah laut.
“Kita juga akan susun SOP kita bersama, kemudian prosedur komunikasi kita bersama juga akan kita susun. Sehingga di tengah laut bahasa ini tidak jadi kendala lagi,” kata Irvansyah.
“Jadi bisa saling berkomunikasi dan bisa saling mengerti semua yang disampaikan, berita-berita yang kita saling tukar,” ujar dia.
Dalam upaya pemberantasan penyelundupan barang dan narkoba di laut, Bakamla RI sudah lama menjalin kerja sama dengan Malaysia dan Singapura melalui patroli gabungan, termasuk patroli yang disebut Optima.
Koordinasi khusus juga dilakukan, khususnya di wilayah antara Malaysia dan Pulau Sumatera, yang menjadi salah satu titik rawan penyelundupan.
Irvansyah mengungkapkan bahwa tantangan terbesar di laut saat ini bukan lagi sekadar kondisi geografis atau ombak, melainkan ancaman nyata berupa penyelundupan barang, narkoba, dan manusia.
Ia menekankan bahwa kejahatan laut memiliki pola yang mirip dengan kejahatan di darat, yaitu tidak pernah benar-benar bisa diberantas habis.
“Terutama (penyelundupan) narkoba. Memang jaringannya sepertinya tidak habis-habisnya. Seperti kejahatan di darat juga tidak pernah habisnya. Sekeras apapun kita bekerja, selalu ada,” jelasnya.
Ia menyadari bahwa keterbatasan aset dan personel di setiap negara menjadi tantangan tersendiri sehingga kolaborasi lintas negara menjadi kunci keberhasilan pengamanan laut.