NAGA138 – Di-Blacklist Perusahaan Garmen karena Bela Sesama Pekerja, Kini Amoy Produksi Batik Sendiri

Amoy (48) bersama produk batik ondel-ondel yang dijajakan di Bazar Jakarta Entrepreneur di Kecamatan Mampang, Jakarta Selatan yang berlangsung pada Kamis (15/5/2025) dan Jumat (16/5/2025).

Lihat Foto

JakPreneur.

Sejak 2020 lalu, ia menggunakan bekal pelatihan yang diterimanya dari pelatihan Pekka bersama JakPreneur di bidang menjahit dengan menjual produk batik ondel-ondel.

“Jadi kami kan kemarin itu dapet pelatihan jahit tuh, terus dapet mesin jahit. Nah, kami gunain deh. Terus kami bikin produk sendiri,” ujar Amoy saat ditemui di salah satu titik Bazar Jakarta Entrepreneur di Kecamatan Mampang, Jakarta Selatan, Jumat (16/5/2025).

Sebenarnya, Amoy sudah tidak asing lagi dengan dunia tekstil dan menjahit. Ia pernah bekerja di perusahaan garmen beberapa tahun yang lalu.

Namun, perusahaan itu tutup karena mengeksploitasi pekerjanya. Amoy bercerita, saat itu, ada pekerja perempuan hamil yang dipaksa bekerja walaupun sedang pendarahan.

Amoy yang tergabung dalam serikat buruh pun menginisiasi aksi protes kepada petinggi perusahaan bersama dua rekannya.

“Di perusahaan garmen itu, ada seorang ibu hamil yang pendarahan. Terus tetap disuruh bekerja. Nah kami demo. Aku di situ bertiga sama teman,” cerita ibu anak empat itu.

Mereka bertiga dituduh sebagai provokator karena membuat perusahaan tutup. Setelah itu, nama Amoy pun dimasukkan ke dalam daftar hitam perusahaan garmen, sehingga ia tidak bisa bekerja di perusahaan sejenis lainnya.

“Nah sekarang kalau aku mau masuk garmen, enggak bisa, karena nama aku udah jadi blacklist gitu,” kata dia.

Sebagai kepala keluarga, Amoy tetap berusaha untuk menghidupi keluarganya.

Tidak bisa bekerja di perusahaan garmen, Amoy membuka usaha jahit kecil-kecilan sambil bekerja sebagai kreditur alat elektronik maupun asuransi.

Kini, usaha kecil-kecilan itu makin berkembang. Amoy beberapa kali menerima pesanan dari pejabat untuk dibuatkan topi batik ondel-ondel dalam jumlah banyak.

“Kita udah dapet pesanan tuh setiap tiga bulan sekali. 200 pcs dari Pak August Hamonangan dari DPRD. Itu sudah pasti tiga bulan sekali aku dapet,” ujar dia.

Satu topi batik ondel-ondel dijual Amoy seharga Rp 50.000. Sementara rompi batik ondel-ondel dibanderol Rp 126.000.

Selain itu, Amoy juga menjual produk lainnya dalam bentuk selendang atau syal dengan kisaran harga Rp 35.000 hingga Rp 50.000, tergantung ukuran.

Biasanya, Amoy menerima pesanan dalam jumlah banyak di rentang waktu tiga hingga empat bulan sekali.

Uang yang didapatkannya dari menjahit hingga 300 produk itu digunakan untuk membiayai keluarganya selama tiga bulan berikutnya.

Warga Jagakarsa itu menyebutkan, saat ini rumahnya rusak karena diterjang badai pada Lebaran lalu. Ia membutuhkan banyak biaya untuk memperbaiki rumahnya.

“Makanya aku semangat cari orderan. Mudah-mudahan bisa buat beli bahan bangunan,” harap dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *