Connie Rahakundini Bakrie menyerahkan “dokumen Rusia” titipan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto kepada Wakil Sekjen PDI-P Yoseph Aryo Adhi Dharmo.
Dokumen itu berjumlah 37, bersama dengan diska lepas (flashdisk) yang berisi video sejumlah kasus.
Penyerahan dokumen dibeberkan Connie melalui akun Instagram pribadinya pada Rabu (25/4/2025).
“Notaris pertama tentang 32 dokumen, dicap oleh notaris. Yang ini dokumen tambahan. Jadi total dokumen pada saya itu 37,” kata Connie melalui akun Instagramnya, dikutip Kamis (25/4/2025).
Ia membeberkan, setidaknya ada dua dokumen yang membuatnya merasa “ngeri”, yakni dokumen nomor 16 yang berkaitan dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan dokumen nomor 7 yang berkaitan dengan rencana pembubaran serta penghancuran PDI-P.
Sedangkan dokumen lainnya berisi berbagai kasus, termasuk kasus korupsi.
“Saya deg-degan dengan dua dokumen itu. Yang lain kan tentang korupsi, apa gitu. Nah, ini ya, ada tanda tangan notaris juga,” bebernya.
Tak cuma itu, ia memiliki perjanjian dengan Hasto untuk tidak menyalin dan mengedarkan isi dalam diska lepas.
Ia pun mengungkapkan alasannya mengapa harus menyerahkan dokumen kepada PDI-P.
Dia bilang, dirinya akan menetap lebih lama di Rusia.
Sebab, diketahui, selama ini titipan rahasia Hasto itu dibawanya ke Rusia, mengingat dirinya lebih banyak menghabiskan waktu di negara pimpinan Vladimir Putin itu.
“Ibu (Megawati) bilang sama saya, untuk tidak boleh bicara sama sekali. Jadi, untuk apa saya pegang dokumen? Yang ketiga, ini yang paling penting. Nah, tadi, ini kontrak dari kampus saya, St. Petersburg University, tanggal 10 Maret. Saya diangkat menjadi Highly Qualified Specialist. Dan kontrak saya di Rusia, sampai 26 Februari 2028,” jelasnya.
Kompas.com sudah berupaya menghubungi Connie untuk mengonfirmasi lebih lanjut sejak Rabu kemarin.
Namun, hingga berita ini ditayangkan, Connie belum memberikan tanggapan apa pun.
Tentang dokumen Rusia
Hasto Kristiyanto disebut telah menitipkan dokumen penting terkait video dugaan skandal yang melibatkan petinggi negara kepada pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie.