NAGA138 – Pramono Anung: Gara-Gara Saya Bicara “Manggarai Bershalawat”, Ributlah Seluruh Indonesia

Gubernur Jakarta Pramono Anung berpose setelah diwawancara KOMPAS.com dalam program GASPOL di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Jumat (14/2/2025).

Lihat Foto

Pramono Anung mengakui bahwa pernyataannya mengenai program “Manggarai Bershalawat” sebagai solusi untuk mengatasi masalah tawuran yang sering terjadi di wilayah Manggarai, Jakarta Selatan, telah menimbulkan kegaduhan.

“Jadi saya gara-gara bicara Manggarai bersolawat, ributlah seluruh Indonesia, tidak apa-apa,” ujar Pramono saat ditemui di wilayah Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025).

Pramono menjelaskan, program tersebut bertujuan untuk menyalurkan energi warga yang selama ini terlibat aksi tawuran ke dalam kegiatan yang lebih positif, khususnya melalui pendekatan keagamaan.

“Jadi untuk menangani persoalan tawuran, maka energi orang yang mau tawuran itu harus disalurkan. Apakah dengan olahraga, dengan bekerja, beraktivitas, berimprovisasi, juga dengan kemudian lebih mendekatkan diri kepada keagamaan,” kata Pramono.

Menurut Pramono, pendekatan berbasis agama ini sejalan dengan visinya untuk menerapkan langkah-langkah humanis dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial di Jakarta.

Ia menekankan bahwa solusi yang ditawarkan tidak hanya berupa penindakan, melainkan juga pemberdayaan masyarakat.

“Saya meyakini pendekatan yang lebih humanis. Itu merupakan bagian nagaimana menyelesaikan persoalan di Jakarta yang begitu kompleksnya ini,” ungkap Pramono.

Sebelumnya, Pramono berencana menggagas program Manggarai Bershalawat untuk meredam aksi tawuran yang kerap terjadi di lokasi itu.

Program itu akan melibatkan kelompok-kelompok warga yang bertikai untuk duduk bersama mencari solusi atas permasalahan yang ada.

“Sehingga saya akan mengagas apa yang dinamakan Manggarai Bersolawat. Saya akan undang kelompok-kelompok yang bertikai di sana. Ada RW 4, RW 5, RW berapa begitu, duduk bareng,” ucap Pramono Anung saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (13/5/2025).

Pendekatan kultural dan keagamaan akan diterapkan agar masyarakat merasa dihargai dan tidak terus-menerus terjebak dalam konflik.

“Apa sih akar permasalahan yang sebenarnya? Karena gak bisa hanya menyalahkan saja. Karena menurut saya cara-cara seperti itu lain,” kata dia.

Pramono menekankan pentingnya memahami akar masalah tawuran daripada sekadar menyalahkan pihak tertentu.

Ia mengatakan, mayoritas warga Manggarai beragama Islam dan rajin beribadah, tetapi tawuran masih kerap terjadi.

“Ya kami ajak duduk bareng. Karena mayoritas di Manggarai ini kan mohon maaf agamanya Islam. Sholatnya rajin, tapi tawurannya juga sering kan gitu. Sehingga dengan demikian ini untuk didamaikan bersama-sama,” ungkap Pramono.

Program ini juga akan melibatkan majelis ta’lim dan tokoh agama untuk memberikan pemahaman terkait nilai-nilai perdamaian.

“Dengan demikian ada pedekatan kultural, keagamaan, orang dihargai. Tapi juga mereka problemnya memang banyak yang belum mendapatkan pekerjaan,” ungkap Pramono.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *