
Sebut saja MBE, seorang narapidana di salah satu Lapas di Jambi. Di usia produktifnya, pemuda tersebut menghadapi masalah umum, tidak mempunyai penghasilan tetap untuk menopang kemandirian hidup yang harus dihadapi.
Sebagaimana pemuda lainnya, MBE mencoba mencari pekerjaan ke berbagai jejaring yang dimilikinya, di antaranya ke lingkungan pertemanan dekatnya.
Nasib tidak baik bagi pemuda asli Jambi ini, karena dia terbujuk menggunakan narkotika jenis sabu sebagai cara menekan rasa frustasinya mencari pekerjaan. Dia awalnya memperoleh narkotika tersebut secara gratis.
MBE merasakan efek langsung dari zat aktif methamphetamine yang dikonsumsinya. Temannya tersebut menawarkan lebih jika MBE mau turut menjualnya. Bukan hanya narkotika, tapi juga menerima upah sebagai kurir narkotika.
Dalam proses karir kriminal, MBE kini melangkah jauh dari yang awalnya pengguna coba-coba, pengguna pecandu, lalu kini menjadi kurir atau pengecer.
Tidak banyak yang diedarkan oleh MBE, tugasnya dia pun sederhana, mengantar beberapa gram sabu kepada konsumen.
Dia melakukannya tidak sendirian, terdapat rekannya berinisial KBS juga melakukan pekerjaan yang sama.
Saat keduanya ditangkap petugas, barang bukti yang disita di bawah lima gram. Mereka pun harus merasakan dingin dan panasnya penjara untuk beberapa tahun.
Saat ditanya apakah mereka mempunyai rencana pekerjaan setelah keluar dari penjara, jawabnya kompak, tidak ada. Mereka merasa tidak mempunyai cukup sumber daya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Mereka juga masih berhubungan dengan lingkungan para penyalahguna dan pengedar narkotika. Situasi yang semakin membuat mereka sulit keluar dari lingkungan negatif jejaring pengedar narkoba.
Bayangkan, mereka berdua, yang ada di salah satu wilayah di Jambi hanyalah sedikit dari orang-orang yang mempunyai kerentanan besar. Jika fenomena itu diperluas, maka situasinya sangat menyedihkan.
Berbagai rujukan artikel yang mengulas tentang struktur distribusi penyalagunaan dan peredaran narkoba, pengecer seperti MBE dan KBS selalu ada dan jumlahnya sangat besar. Mereka adalah juru edar di tingkat akhir.
Analis jaringan seperti Bright, Brewer, dan Morselli (2021) secara eksplisit meneliti pengaruh atribut aktor terhadap struktur jaringan kriminal, misalnya usia, peran dalam organisasi, atau akses ke sumber daya ilegal.
Dalam konteks pengedar di tingkat bawah, orang seperti MBE dan KBS adalah aktor-aktor sentral karena mereka langsung bersentuhan dengan konsumen di tingkat akhir.