
ondel-ondel sebagai alat untuk mengamen.
Namun, rencana tersebut mendapat penolakan dari perajin sekaligus penyewa ondel-ondel di Kampung Ondel-ondel, Jalan Kembang Pacar, Senen, Jakarta Pusat.
Salah satu perajin ondel-ondel dari Sanggar Irama Betawi, Mulyadi (57), mengatakan bahwa Pemprov DKI perlu memikirkan nasib para pengamen ondel-ondel.
“Tergantung pemerintah, kalau dilarang, mau dikemanakan ini pengamen ondel-ondel. Nanti ujung-ujungnya menambahkan pengangguran,” ucapnya kepada Kompas.com di Senen, Jakpus, Sabtu (21/6/2025).
Menurut Mulyadi, para pengamen ondel-ondel sebenarnya memiliki tujuan untuk memperkenalkan kebudayaan Betawi di masyarakat Jakarta saat mengamen.
Ia menilai, para pengamen ondel-ondel tersebut bukan memiliki tujuan untuk melakukan tindakan premanisme.
“Kasarnya kan bukan preman, mereka mengedepankan kebudayaan melalu mengamen,” ucap Mulyadi.
Di sisi lain, Mulyadi mengaku khawatir budaya Betawi hilang secara perlahan jika larangan penggunaan ondel-ondel untuk mengamen diterapkan tanpa solusi.
“Para penggiat ondel-ondel mau dikemanakan? Nanti takutnya kebudayaan Betawi ini hilang,” imbuhnya.
Sebelumnya, Gubernur Jakarta Pramono Anung meminta agar ondel-ondel tidak lagi digunakan untuk mengamen di jalanan.
Ia menilai, ondel-ondel merupakan warisan budaya yang dinamis dan tidak seharusnya diremehkan.
“Saya termasuk yang kemudian memesankan supaya, mohon maaf, ondel-ondel tidak digunakan untuk mengamen lah. Tetapi betul-betul dirawat dengan baik,” ungkap Pramono saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (28/5/2025).
Menurut Pramono, maraknya penggunaan ondel-ondel untuk mengamen di jalan bukan semata kesalahan individu, melainkan mencerminkan kurangnya perhatian dan fasilitas dari berbagai pihak.
“Sehingga undang-undang yaudah nanti kita buat, kita undang berbagai acara di ibu kota, acara yang banyak banget,” ucap Pramono.