NAGA138 – Sejarah Kelam dan Pangkat di Balik Nama Kemayoran

Kawasan Kemayoran.

Lihat Foto

Nama “Kemayoran” ternyata bukan sekadar penamaan geografis, melainkan warisan dari seorang perwira tinggi Kompeni Belanda: Mayor Isaac de l’Ostale de Saint Martin.

Menurut catatan dalam buku Asal-usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat (2018), nama “Kemayoran” berasal dari sebutan “Mayoran”.

Hal itu mengacu pada pangkat militer mayor yang disandang Saint Martin dalam pengabdiannya bersama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).

Istilah ini tercantum dalam Plakaatboek (van der Chijs, 1885) dan juga muncul dalam iklan Java Government Gazette tertanggal 24 Februari 1816.

Saint Martin lahir di Oleron, Bearn, Prancis, pada 1629. Ia meninggalkan tanah kelahirannya dan mengabdi kepada VOC, lalu menapaki karier militernya dengan cepat.

Pada 1662, ia sudah berpangkat letnan dan ikut dalam peperangan di Cochin.

Kemudian, sebagai mayor, ia turut serta dalam konflik di Jawa Tengah dan Jawa Timur ketika VOC membantu Mataram melawan Pangeran Trunojoyo.

Puncak keterlibatannya terjadi pada Maret 1682, saat ia bersama Kapten Tack ditugaskan mendampingi Sultan Haji menghadapi Sultan Ageng Tirtayasa di Banten.

Dalam konflik internal itu, Saint Martin terlibat perseteruan dengan Kapten Jonker, seorang perwira Kompeni lainnya yang dianggap arogan.

Perselisihan itu tak berhenti di medan perang. Saint Martin disebut berupaya secara politik agar Jonker dikucilkan dari lingkungan Kompeni.

Usahanya berhasil. Jonker yang merasa dijatuhkan, akhirnya memberontak meski gagal melawan kekuatan VOC.

Tak hanya dikenal karena perannya dalam perang dan politik internal VOC, Saint Martin juga disebut sebagai salah satu tuan tanah terbesar di masa itu.

Ia memiliki lahan luas yang tersebar dari Sungai Bekasi, Cinere (dulu Ci Kanyere), Tegal Angus, hingga kawasan Ancol. Total kepemilikannya mencapai ribuan hektare.

Sebagian dari lahan itu kini menjadi wilayah Kemayoran, yang meliputi Kelurahan Kemayoran, Kebon Kosong, dan Serdang di Jakarta Pusat.

Kawasan yang dulunya menjadi pangkalan udara kini berubah menjadi pusat pameran modern, termasuk lokasi penyelenggaraan Pekan Raya Jakarta (PRJ).

Namun di balik nama besar itu, tersimpan jejak seorang mayor, intrik kekuasaan, dan sejarah kolonial yang perlahan memudar di tengah deru kota.

Kemayoran bukan hanya titik di peta, tapi juga saksi atas sejarah panjang yang membentuk wajah Jakarta hari ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *