NAGA138 – KPAI vs Dedi Mulyadi Soal Anak ke Barak: Temuan Dibalas Sindiran

Anggota TNI merazia barang bawaan siswa sebelum memasuki barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat yang memiliki perilaku khusus seperti terlibat tawuran, terafiliasi geng motor, kecanduan permainan daring (game online), mabuk dan perilaku tidak terpuji lainnya menjalani program pendidikan karakter dan kedisiplinan selama 14 hari.

Lihat Foto

Dedi Mulyadi membalas temuan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) soal pengiriman anak bermasalah ke barak militer.

Salah satu temuan KPAI adalah potensi pelanggaran hak anak yang mengikuti program pengiriman ke barak militer.

Dedi Mulyadi berkelakar, KPAI hanya sibuk mengurusi persoalan yang berkaitan dengan “tempat tidur”. Menurutnya, hal itu tidaklah bisa mengatasi persoalan anak nakal atau bermasalah.

“Kalau KPAI sibuk terus ngurusin persoalan tempat tidur dan sejenisnya, tidak akan bisa menyelesaikan problem (anak yang bermasalah),” kata Dedi di Gedung Merah Putih, Jakarta, Senin (19/5/2025).

Ia meminta KPAI untuk turun langsung, terutama di Jawa Barat, untuk mengatasi persoalan yang anak-anak remaja bermasalah.

Dedi Mulyadi mencontohkan Jawa Barat, di mana banyak remaja bermasalah yang seharusnya KPAI ikut mengambil bagian dalam mencari solusi.

“Yang harus dilakukan KPAI-nya adalah mengambil langkah untuk menyelesaikan berbagai problem yang dialami oleh anak-anak remaja kita. Apakah itu karena problem di rumahnya, problem di sekolahnya yang akhirnya mengarah pada tindak kriminal,” ujar Dedi Mulyadi.

Kendati mendapat sorotan dari KPAI, ia mengaku akan melanjutkan kebijakan pengiriman anak ke barak militer.

Terdekat, 273 siswa akan menyelesaikan pembinaan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat pada Selasa (20/5/2025).

“Setelah itu nanti ada angkatan baru lagi. Nanti mungkin kalau dari 1.000 atau 1.500 atau 2.000 yang nanti atau 5.000, kalau terkoneksi dengan kabupaten-kota mungkin 15 ribu sampai 20 ribu yang dikelola oleh kita,” ujar Dedi Mulyadi.

“KPAI mau ambil berapa?” tanyanya.

Diancam Tak Naik Kelas

Sebelumnya, Wakil Ketua KPAI Jasra Putra mengatakan bahwa sejumlah pelajar dikirim ke barak militer tanpa melalui asesmen dari psikolog profesional.

Berdasarkan temuan KPAI, pemilihan peserta program hanya berdasarkan rekomendasi guru bimbingan konseling (BK).

Padahal ada tiga sekolah menengah pertama negeri di Purwakarta, di mana KPAI menemukan tidak adanya guru BK sama sekali.

“Program tidak ditentukan berdasarkan asesmen psikolog profesional. Yang jadi temuan kita, melainkan hanya rekomendasi guru BK,” ujar Jasra dalam konferensi pers daring, Jumat (16/5/2025).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *