
Bakamla), Laksamana Madya (Laksdya) TNI Irvansyah, menyoroti seriusnya ancaman penyelundupan, terutama narkoba di wilayah perairan Asia Tenggara.
Ia menyebut, jaringan kejahatan maritim itu terus berkembang dan tidak pernah benar-benar habis, layaknya kejahatan yang terjadi di darat.
“Terutama narkoba. Memang jaringannya sepertinya tidak habis-habisnya. Seperti kejahatan di darat juga tidak pernah habisnya. Sekeras apapun kita bekerja, selalu ada,” kata Irvansyah ditemui di Dermaga Ex-President, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (15/7/2025).
Menurut Irvansyah, salah satu penyebab rentannya Indonesia terhadap penyelundupan adalah banyaknya pelabuhan kecil yang tersebar di berbagai wilayah pesisir.
Jalur-jalur inilah yang kerap dimanfaatkan sindikat untuk memasukkan narkoba maupun barang ilegal lainnya.
“Seperti kita ketahui di Indonesia sendiri banyak sekali pelabuhan-pelabuhan kecil, tempat berangkat maupun tempat masuknya barang dan orang,” ungkap dia.
Dalam menjawab tantangan tersebut, Irvansyah menekankan pentingnya kolaborasi antara negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Ia menyebut kerja sama antara Indonesia, Singapura, dan Malaysia saat ini sudah berlangsung erat, baik dalam bentuk patroli bersama maupun pertukaran informasi intelijen.
“Kalau patroli, kita sudah terlaksana, patroli bersama baik bilateral Indonesia-Malaysia, Indonesia-Singapura maupun bertiga. Kita punya jadwal khusus hampir tiap bulan kita ada bertukar pikiran, bertukar informasi,” tutur Irvansyah.
Kendati begitu, hal itu tak membuat ketiga negara mengesampingkan potensi ancaman penyelundupan.
Bahkan Irvansyah menyebut sang penyelundup sama seperti maling.
“Tapi ya begitu. Namanya maling itu sama dengan di darat lah, selalu ada dan lebih pintar. Ya, kita harus antisipasi itu,” ucapnya.