NAGA138 – Mengapa Purnawirawan Jenderal Ingin Memakzulkan Gibran?

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memberikan pembekalan kepada 100 Peserta Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) XXV dan 110 Peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) LXVIII, di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 7, Jakarta, Senin (14/07/2025).

Lihat Foto

Tak ada yang lebih meresahkan para sesepuh selain melihat generasi penerusnya tak punya daya upaya, tiada daya juang, tak punya kemampuan, rendah akhlak, level kecerdasan di bawah rata-rata, dan masih berjalan dipapah orangtuanya sendiri.

Tak ada yang lebih menyedihkan bagi para purnawirawan yang kenyang asam garam kehidupan berbangsa, melihat negeri besar yang pernah diperjuangkan dan diurus dengan keringat, darah, dan air mata, jika dikelola oleh anak muda yang tak berani berbicara, tak bisa mengambil keputusan, tak jelas arah pikirannya, remang-remang dalam visi dan temaram dalam misi.

Hari-hari ini, kegelisahan itu terlihat jelas. Sejumlah purnawirawan TNI serempak turun gunung, menulis surat berisi suara batin dan mendesakkan keinginan untuk memakzulkan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Mereka gelisah tak kepalang.

Para sesepuh bangsa tersebut seolah mengguntur, menolak Gibran sebagai pemimpin. Mereka gelisah tentang nasib bangsa di bawah kepemimpinan putra mantan presiden RI Joko Widodo itu.

Ada yang mencibiri para purnawirawan jenderal tersebut. Sebagian menuding bahwa mereka terkena penyakit post power syndrome. Saya berbeda dengan pandangan itu.

Dengan usia yang dimiliki sekarang, mereka tidak lagi memiliki ambisi apa pun dalam perebutan tahta kekuasaan.

Sesak batin yang mereka miliki sekarang, semata-mata sebagai refleksi dari adagium universal: “The old soldier never die.” Sekali mengabdi, tetap mengabdi untuk nusa dan bangsa. Keprihatinan adalah bagian essential dari pengabdian itu.

Motif utama mereka, saya yakin, adalah keinginan untuk menyelamatkan bangsa dan negara. Masalahnya, apa yang terjadi bila Presiden RI, Prabowo Subianto, karena suatu dan lain hal, berhalangan tetap dalam memimpin bangsa ini?

Secara konstitutional, Wakil Presiden, Gibran Rakabuming otomatis dilantik menjadi presiden. Di sinilah letak soalnya.

Para jenderal tersebut, menilai dan meyakini bahwa Gibran tidak memiliki kemampuan untuk memimpin bangsa ini. Gibran defisit dalam hal keterampilan managerial. Namun, amat surplus dalam hal pencitraan diri.

Bagi para jenderal tersebut, Gibran tidak memiliki kepemimpinan yang bisa jadi panduan ke titik mana bangsa ini hendak diarahkan.

Para jenderal yang amat kenyang dalam pengalaman empirik tersebut sadar betul, betapa kompleksnya permasalahan bangsa kita sekarang. Deraan ekonomi yang melilit, membawa dampak luar biasa yang bergerak ke mana-mana sekarang.

Masalah Papua adalah bagian dari masalah bangsa yang amat pelik. Kesatuan bangsa ini menjadi taruhan. Kemajemukan tetap harus dijahit agar tetap menjadi mosaik indah.

Semua itu membutuhkan kepemimpinan yang penuh wibawa, didengar dan diikuti. Ada keputusan rasional yang diambil secara sistematis melalui olah pikir dan nalar yang logis dan padat dengan kontemplasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *