
jasa lari atau joki Strava demi mengikuti arus yang sedang diminati.
Jason (16), remaja asal Jakarta Barat menjalani joki Strava sejak beberapa bulan yang lalu.
Ia mengaku bisa meraup cuan hingga Rp 300.000 setiap lari. Uang hasil jasa lari ini digunakan dirinya untuk jajan atau kebutuhan sehari-hari.
“Buat beli kopi, buat beli apa pun lah,” ujar Jason saat ditemui saat Car Free Day (CFD) di Jakarta pada Minggu (13/7/2025).
Karena masih berstatus pelajar, ia juga menuturkan bahwa uang yang diterima dari joki Strava untuk ditabung.

Jason yang terlihat sedang beristirahat di trotoar dekat Hotel Indonesia, baru saja menyelesaikan jasa lari.
Dia diminta temannya lari sejauh lima kilometer dengan capaian pace enam sesuai permintaan.
Pace adalah istilah dalam olahraga lari yang mengacu pada waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak satu kilometer.
Jika pace enam, maka Jason bisa berlari sejauh satu kilometer dengan rata-rata waktu enam menit.
Setiap menawarkan jasanya, ia tak mematok tarif secara pasti karena kesepakatan kedua belah pihak. Namun semakin tinggi pace yang diminta maka semakin mahal.
“Tergantung request, misalnya ada yang minta 2,5 kilometer pace di bawah enam misalkan, harus stabil di bawah enam terus sudah selesai. Semakin tinggi pace-nya semakin mahal,” ungkapnya.
“Misalkan minta tolong pace empat ya bisa sampai Rp 300 ribu setara lima kilometer,” lanjut Jason.
Ia mengaku menjalani jasa joki Strava setiap Minggu jika ada teman atau orang yang minta.
“Setiap Minggu saja kalau ada yang pengin, kalau ada yang minta,” katanya.
Lebih lanjut, ia setiap menawarkan jasanya maksimal hanya dua orang. Nanti para pelanggan menitipkan handphone yang dibawa saat olahraga lari.
“Mereka nitip handphone ke saya nanti saya bawa lari,” jelasnya.